Metro, Jakarta - Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Bowo Irianto meminta PT PLN memberi kelonggaran pembayaran listrik di sekolah-sekolah. Akibat menunggak listrik, PLN memutus aliran listrik di beberapa sekolah Jakarta. "Kami sudah berusaha negosiasi berulang-ulang dengan PLN," kata Bowo kepada Tempo pada Selasa, 25 Juli 2017.
Bowo meminta agar ada kelonggaran bagi sekolah untuk membayar tagihan listrik. Mengingat dana bantuan operasional sekolah (BOS) baru cair setiap triwulan sekali. Misalnya untuk pemakaian listrik sejak Januari hingga Maret, sekolah baru bisa mengklaim tagihan ke dana BOS pada Maret.
Sedangkan pihak PLN meminta agar setiap sekolah membayar tagihan listrik tiap bulan sekali. Tidak heran di Jakarta ada banyak sekolah yang menunggak listrik hingga ratusan juta. Ini dikarenakan mereka tak memiliki uang untuk membayar setiap bulan.
Baca juga: PLN Putus Aliran Listrik di 12 Sekolah Negeri, Ini Alasannya
Bowo mengatakan, ia sempat meminta keringanan dari PLN agar menunggu tiga bulan. Namun tak terjadi kesepakatan. Mereka akhirnya membuat MoU antara PLN dengan Bank DKI untuk membayar tagihan. Bank DKI diminta memberi biaya talangan tagihan listrik di semua sekolah di Jakarta. Namun metode ini belum berjalan optimal.
Kata Bowo, tidak semua proses pemberian dana talangan tagihan listrik berjalan mulus. "Dari sekian banyak kepala sekolah kompetensinya macam-macam," tutur dia. Ada sekolah yang cepat memproses dana talangan ke Bank DKI dan ada juga beberapa sekolah yang lambat dalam mengajukan klaim tagihan. Tidak heran akhirnya diputus.
Menurut Bowo, di Jakarta, ada lebih dari 2.000 sekolah yang menggunakan jasa listrik dari PLN. Semua sekolah itu rawan diputus aliran listriknya sewaktu-waktu. Beberapa sekolah di antaranya telah diputus. Di antaranya di SMA Negeri 48 Jakarta Timur dan sejumlah sekolah di Jakarta Barat.
Bahkan menurut Bowo, ada beberapa sekolah yang saat ini beralih menggunakan listrik dari generator. Ia berharap agar PLN lebih lunak memberi waktu kelonggaran ke depannya. "Kami tidak punya pilihan lain, mau nggak mau bergantung sama PLN."
Hingga berita ini diturunkan Tempo masih berusaha menghubungi PLN untuk mengkonfirmasi pernyataan Bowo.
AVIT HIDAYAT