Gaya, Jakarta - Stres yang muncul akibat masalah yang datang dan pergi seperti kematian buah hati, perceraian, pemecatan dapat mengurangi kinerja otak setidaknya selama empat tahun. Demikian penemuan sekelompok peneliti yang dipresentasikan di konferensi Alzheimer tingkat Internasional di London, Inggris, belum lama ini.
Baca: Ogah Pikun di Masa Tua? Jangan Malas Berolahraga
Teori yang saat ini tengah diuji oleh para peneliti dari University of Southampton menunjukkan bahwa stres dapat memicu inflamasi. Lama-kelamaan terjadi peningkatan risiko demensia.
Sebanyak 1.300 orang berusia rata-rata 50 tahun diteliti performa kesehatan otaknya berdasarkan kemampuan mengingat dan menjawab pertanyaan. Studi yang dilakukan tersebut tidak bertujuan untuk melihat apakah ada risiko demensia atau tidak. Sebab, para peneliti berpendapat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi meningkatnya risiko demensia pada seseorang.
Studi tersebut juga tidak dapat menunjukkan hubungan langsung antara stres dengan peningkatan risiko demensia. Namun pengalaman yang menyebabkan seseorang mengalami stres dapat berdampak pada kinerja (fungsi) otak, yang di kemudian hari dapat mengakibatkan demensia.
Sementara itu, studi lain yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Wisconsin School of Medicine, menemukan bahwa keturunan Afrika Amerika cenderung lebih sering mengalami stres dibanding dengan etnis lain. Alasannya, kemampuan mengingat mereka di bawah rata-rata (sangat buruk) sebab kebanyakan dari mereka tinggal di lingkungan yang kurang memadai.
Pengalaman stres umumnya dipengaruhi oleh pendidikan, keuangan, masalah kesehatan dan trauma psikis. Studi lain yang juga dipresentasikan dalam konferensi tersebut menunjukkan bukti bahwa stres yang dialami sejak usia dini dan lokasi dimana seseorang tinggal dapat memengaruhi peningkatan risiko demensia (per individu).
“Sulit untuk membedakan kondisi seperti cemas dan depresi, keduanya ikut berkontribusi dalam peningkatan risiko demensia di kemudian hari. Meski demikian, penemuan-penemuan yang ada saat ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang hidup di lingkungan kurang memadai dan kerap mengalami stres harus dirangkul dan didukung,” jelas Dr Doug Brown, pimpinan peneliti dan pengembangan Alzheimer Society.
Setidaknya ada 850.000 orang di Inggris yang mengidap demensia. Kebanyakan dari mereka berusia 65 tahun, namun 42.000 diantaranya mengalami demensia di usia muda.
Dr Carol Routledge, pimpinan peneliti di Alzheimer’s Research di Inggris mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan ada sejumlah faktor berbeda yang terlibat dalam hubungan antara stres dan menurunnya daya ingat seseorang. Dr Routledge menambahkan bahwa otak merupakan organ yang sangat rumit untuk dapat diteliti.
“Masalah yang dialami, yang menimbulkan stres berdampak pada kinerja (fungsi) otak dalam beberapa dekade kemudian. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui pemahaman (hubungan) antara stres dengan kesehatan otak,” ujar Dr Routledge.
Adapun tip mencegah demensia sejak dini antara lain:
1. Latihan fisik (olahraga), setidaknya 30 menit, lima kali seminggu.
2. Jangan merokok, atau berhenti merokok jika saat ini masih merokok.
3. Konsumsi makanan sehat, seperti minyak ikan, buah, sayur serta batasi pengonsumsian daging dan gula.
4. Batasi jumlah alkohol (minuman) yang masuk ke dalam tubuh.
5. Rutin memeriksa kondisi kesehatan untuk mengetahui apakah tekanan darah, kolesterol dan diabetes masih dalam tahap aman atau tidak.
6. Jaga berat badan untuk mengurangi risiko terserang diabetes tipe 2, stroke dan jantung.
7. Olahraga otak dengan bermain puzzle, menjawab teka-teki silang atau mempelajari hal baru.
8. Ikut terlibat kegiatan sosial agar tetap aktif bergerak.
BBC NEWS | ESKANISA RAMADIANI